infosurabaya I Surabaya – Forum Masyarakat Madani Maritim Surabaya (FMM-S) melayangkan kecaman keras terhadap Prof. Ir. Daniel Mohammad Rosyid, M.Phil., Ph.D., MRINA, akademisi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), yang diduga terlibat dalam upaya memuluskan izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) proyek reklamasi Surabaya Waterfront City oleh PT. Granting Jaya.
Kecaman tersebut disampaikan Ir. Heroe Budiarto, perwakilan FMM-S, yang terdiri dari nelayan, petani tambak, masyarakat pesisir, Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) DPC Surabaya, Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya (MLH PDM), Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), Badan Eksekutif Mahasiswa dan Organisasi Mahasiswa Ekstra, serta warga Surabaya lainnya.
Baca Juga : ITS Tegaskan Komitmen Pengarusutamaan Gender lewat Sekolah Kepemimpinan
FMM-S memprotes rencana Lokakarya Pengembangan Pusat Maritim Surabaya yang akan digelar di Gedung NASDEC, Kampus ITS Sukolilo, pada 1-2 Agustus 2025. Lokakarya yang diinisiasi oleh HAPPI atas nama Prof. Daniel Rosyid ini diduga sebagai strategi untuk memuluskan izin Amdal PT. Granting Jaya.
“Acara ini diduga sebagai upaya pembungkusan isu reklamasi dengan nuansa ilmiah dan akademis, melibatkan lima unsur (penta helix) untuk mengabaikan penolakan masyarakat,” jelas Ir. Heroe Budiarto, Senin (28/7/2025). .
FMM-S menilai tindakan Prof. Daniel Rosyid mengabaikan penolakan dari warga pesisir, DPRD Kota Surabaya, DPRD Jatim, Pemkot Surabaya, dan DPR RI terhadap proyek reklamasi Surabaya Waterfront City. Bukti penolakan tersebut telah terdokumentasi dalam video yang dilampirkan dalam pernyataan sikap FMM-S. “Kami menduga ini adalah kebohongan ilmiah yang diilmiah-ilmiahkan,” imbuh Heroe
Pernyataan sikap FMM-S berisi dua poin kecaman. Pertama, mengecam upaya Prof. Daniel Rosyid yang diduga memuluskan izin Amdal PT. Granting Jaya melalui lokakarya atau kegiatan ilmiah lainnya. “Kedua, mengecam ITS jika terbukti memberikan fasilitas atau berkolaborasi dengan rencana Prof. Daniel Rosyid,” tegasnya.
FMM-S mengancam akan menggelar aksi massa yang lebih besar jika pernyataan sikap mereka diabaikan dan lokakarya tetap dilaksanakan. Mereka menegaskan penolakan terhadap proyek reklamasi Surabaya Waterfront City dan akan terus memperjuangkan kepentingan masyarakat pesisir Surabaya.
Lebih lanjut, Ir. Heroe Budiarto mengkritik pendekatan yang digunakan dalam lokakarya tersebut. Ia berpendapat bahwa fokus seharusnya pada pengembangan sumber daya laut dan kesejahteraan nelayan, bukan pada proyek reklamasi yang berpotensi merugikan masyarakat pesisir. Ia mencontohkan negara-negara maju yang fokus pada riset kelautan untuk kesejahteraan rakyatnya, bukan menjual akses ke laut kepada pihak swasta.
“Prof. Daniel Rosyid, sebagai akademisi, seharusnya lebih fokus pada riset dan pengembangan potensi laut untuk kesejahteraan masyarakat, bukan bertindak sebagai “makelar” bagi kepentingan pihak swasta,” tandasnya.(Kdm)
- Dipublikasi Pada 28 Juli 2025
- Baru Saja di Update Pada Juli 28, 2025
- Temukan Kami di Google News
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
