infosurabaya.com | SURABAYA – Communication Science Department, Petra Chr*redan University (PCU) dengan bangga mempersembahkan Screening Film Dokumenter karya mahasiswa dari mata kuliah Produksi Film Dokumenter pada Kamis (13/2) mulai pukul 19.00 – 21.00 WIB di CGV Maspion Square, Jalan Ahmad Yani No.73, Surabaya.
Mengangkat tema “Yang Terpinggirkan”, empat film dokumenter ini akan menyoroti kisah-kisah inspiratif dan penuh makna tentang individu, permasalahan lingkungan, maupun budaya yang terlupakan. Keempat film dokumenter yang masing-masing berdurasi kurang lebih 14 menit ini merupakan hasil karya mahasiswa yang telah melalui proses riset, produksi, dan editing yang panjang.
“Tema ini sebenarnya lahir dari kepekaan mahasiswa dalam melihat realitas di sekitar mereka. Kami ingin menampilkan bagaimana kisah perjuangan hidup orang-orang di sekitar kita, yang mungkin dalam kehidupan sehari-harinya masih dipandang sebelah mata sebagai kelompok marjinal,” ujar Daniel Budiana, S.Sos., M.A., dosen mata kuliah Produksi Film Dokumenter.
Ia juga menambahkan bahwa ada banyak hal di sekitar kita yang sering luput dari perhatian, padahal bermakna dan bernilai besar. “Banyak yang belum tahu bahwa Kebun Raya Mangrove di Surabaya adalah satu-satunya di Indonesia. Sering kali, kita hanya melihatnya sebagai hutan mangrove biasa tanpa menyadari perannya yang penting bagi ekos*redem,” jelasnya.
Empat karya yang dihasilkan para mahasiswa Creative Media Communication Program ini memiliki perspektif yang unik dan menyentuh. Setiap film membawa penonton untuk menyelami sisi lain dunia yang terabaikan, dan memberi suara bagi mereka yang tak pernah didengarkan.
TRANSformation
Film dokumenter garapan Steve William, Jeremy Axel, Helena Aileen, Ivania Amory, dan Andreas Jonathan ini menceritakan kisah Feby Damayanti, seorang transpuan asal Surabaya yang berjuang untuk membuktikan dirinya kepada dunia.
“TRANSformation” mengisahkan perjalanan pribadi Feby dalam mentransformasi hidupnya untuk meraih cita-cita, meski harus melewati banyak tantangan. Film ini memberi wawasan mendalam tentang kekuatan untuk terus berjuang dan menjadi diri sendiri, meskipun sering dihadapkan pada tantangan kehidupan.
Kilauan Asa
Debora Natalie, Grace Angelina, Crystal Kelly, Lucky Kastan, dan Chr*redopher Fraderikh juga turut mengemas kisah seorang yang terabaikan menjadi film berjudul “Kilauan Asa”. Film dokumenter ini menceritakan tentang seorang ibu single parent yang menghidupi empat anaknya dengan cara yang tidak biasa, yaitu menjadi “manusia silver”. Namun, secercah harapan datang dari anak gadisnya yang bermimpi untuk menjadi atlet. Film ini menggambarkan bagaimana hidup yang penuh cobaan dapat membawa kita pada cahaya di ujung “terowongan”, berkat ketekunan dan harapan yang tidak pernah padam.
Entangled
Lebih berfokus pada isu tentang lingkungan, film dokumenter berjudul “Entangled” karya Gryselda Maria Tanbunan, Jocelyn Liauw, Feilly Valentina Frangeline, dan Calvin Stevenson ini menyoroti salah satu tantangan utama dalam menjaga keberlangsungan ekos*redem hutan mangrove adalah sampah.
Lewat film ini, para penonton diajak untuk melihat betapa pentingnya keberadaan mangrove dalam ekos*redem, serta tantangan yang dihadapi oleh ekos*redem ini akibat sampah yang menumpuk. Dengan pendekatan mendalam, para mahasiswa menyuguhkan solusi-solusi yang telah diterapkan untuk menjaga kelestarian mangrove dan memperbaiki kualitas lingkungan.
Diskotik Berjalan
Tertarik dengan fenomena “sound horeg” dalam dunia musik dangdut di Jawa Timur, Joseph Aurelius, Catharina Dinda, Sabitah Zefanya, Ferdinand Leonardo, dan Graciella Viony mengemasnya menjadi film dokumenter berjudul “Diskotik Berjalan”.
Film ini mengungkap asal-usul dan perkembangan musik dangdut yang menjadi tren. Tak hanya menggali perspektif kearifan lokal dan budaya di balik musik dangdut, film ini juga menyelidiki faktor ekonomi yang mendorong popularitas “sound horeg”. Hingga akhirnya tercipta sebuah tanya, apakah ini hanya fenomena sesaat, atau bisa menjadi bagian dari warisan budaya masa depan?
Selain sebagai pengalaman belajar bagi mahasiswa, Daniel juga berharap karya-karya ini bisa memberikan sudut pandang yang berbeda kepada penonton. “Dengan melihat film-film karya mahasiswa ini, semoga kita bisa semakin tercerahkan dan lebih memahami realitas di sekitar kita,” tambahnya.(*red)
- Dipublikasi Pada 14 Februari 2025
- Baru Saja di Update Pada Februari 14, 2025
- Temukan Kami di Google News
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
