infoSurabaya | Surabaya- Bonifacius David Hendrawan, mahasiswa difabel asal Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya) baru saja lulus cumlaude pada Wisuda ke-53. Dukungan dan cinta sang ibu menjadi sumber semangat terbesar bagi David hingga berhasil lulus tepat waktu dengan IPK 3,68. Ia menjadi salah satu wisudawan berprestasi dan mendapat beasiswa S2 di tersebut.
Dengan keterbatasan fisiknya, kuliah selama empat tahun menempuh studi di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UMSurabaya, David tidak pernah menyerah. Didampingi oleh orang tuanya, Purwoko Alfa Kurniawan dan Ina Rostiana, ia selalu bersemangat untuk menyelesaikan studi dan tugas tugas kuliah.
Setiap hari, sang ibu menyiapkan perlengkapan kuliah dan mengantarkan ke kampus, dengan menempuh perjalanan sekitar satu setengah jam dari rumah ke kampus dengan sepeda motor yang telah dimodifikasi agar aman bagi David. Tak jarang mereka mengalami kendala di jalan, namun semangat ibu tak pernah padam.
“Awalnya Mama belajar naik motor dulu selama sebulan, padahal belum terbiasa. Tapi demi saya, Mama berani,” kenangnya.
Perjuangan itu tak selalu mudah. Pernah motor yang biasa dipakai ibu dan David untuk pergi ke kampus mogok di tengah jalan, bahkan besinya sampai putus. Sehingg mengharusnya sang ibu harus mencari pick-up untuk membawa motor pulang, padahal jaraknya masih jauh.
Baginya, cinta dan pengorbanan ibu tidak bisa diukur dengan kata-kata. “Mama adalah ibu terbaik di dunia. Saya selalu berdoa agar Mama diberi umur panjang dan kesehatan,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Perjuangan itu tak selalu mulus. Ada masa ketika David merasa lelah dan hampir menyerah karena tugas menumpuk. Di saat-saat itulah, sang ibu hadir sebagai penopang semangat.
Sejak kecil, David hidup dengan disabilitas. Orang tuanya, awalnya hanya berharap ia bisa mengenal huruf dan angka. Namun, Tuhan menanamkan semangat belajar luar biasa dalam dirinya, terutama dalam bidang bahasa.
Setelah menempuh pendidikan di SLB YPAC Surabaya, kesempatan besar datang menghampirinya karena dia mendapat penawaran beasiswa penuh untuk mahasiswa difabel dari UMSurabaya. Setelah melalui serangkaian tes, David dinyatakan lolos dan resmi menjadi penerima beasiswa difabel dengan pembebasan biaya pendidikan penuh.
Di awal perjalanan kuliahnya, David dan keluarga sempat ragu. Sebagai non-Muslim, ia khawatir tidak bisa menyesuaikan diri di kampus berbasis Islam. Namun kekhawatiran itu sirna begitu ia mulai berinteraksi dengan dosen dan teman-teman.
“Semua orang di kampus memperlakukan saya dengan sangat baik. Tidak ada perbedaan. Dosen-dosen juga sangat membantu saya dalam belajar,” ujar David dengan senyum.
Bagi David, beasiswa difabel bukan sekadar bantuan finansial, tetapi kesempatan untuk mewujudkan mimpi yang dulu terasa mustahil. David mengambil skripsi dengan judul Improving English writing text of 12th grade students with physical impairments using Instagram feed in SLB YPAC Surabaya.
“Terima kasih UMSurabaya sudah mewujudkan mimpi saya, mimpi yang dulu hanya tertulis di atas kertas, tapi kini saya bisa membuktikannya,” katanya.
Ia berharap beasiswa difabel bisa lebih banyak diakses oleh teman-teman difabel lainnya agar mereka juga bisa merasakan hak pendidikan yang setara.
Lulus dengan predikat cumlaude menjadi babak baru dalam hidup David. Ia mengaku sudah menyiapkan rencana ke depan dengan membuka kursus bahasa Inggris online agar bisa tetap produktif dan berbagi ilmu kepada orang lain.
“Dalam waktu dekat, saya ingin memulai usaha private online bahasa Inggris. Itu yang paling memungkinkan saya lakukan. Semoga bisa terwujud,” tutupnya.
- Dipublikasi Pada 26 Oktober 2025
- Baru Saja di Update Pada Oktober 26, 2025
- Temukan Kami di Google News
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
