Quantcast

Mahasiswa UMSurabaya Hadirkan “TempeFast”: Inovasi Fermentor Listrik untuk UMKM Tempe

Mahasiswa UMSurabaya Hadirkan “TempeFast”: Inovasi Fermentor Listrik untuk UMKM Tempe.(bro)

infoSurabaya| Surabaya Desa Jeruk Purut, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, sejak lama dikenal sebagai salah satu sentra produksi tempe. Hampir setiap sudut desa ini punya perajin yang mengolah kedelai menjadi makanan bergizi tinggi tersebut. Namun, di balik aromanya yang khas, ada tantangan yang kerap dihadapi para perajin, proses fermentasi yang masih bergantung pada cuaca dan dilakukan secara tradisional.

Kondisi suhu dan kelembapan yang tidak stabil sering membuat kualitas tempe naik-turun. Kadang tempe jadi lebih cepat matang, kadang justru molor dari waktu semestinya. Hal ini tentu menyulitkan para pelaku UMKM yang harus memenuhi permintaan pasar dalam jumlah besar.

Menjawab persoalan itu, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya) yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) memperkenalkan sebuah inovasi sederhana namun bermanfaat besar fermentor tempe berbasis listrik yang diberi nama “TempeFast.”

Alat ini dirancang agar proses fermentasi tidak lagi bergantung pada cuaca. Dilengkapi pengatur suhu otomatis, “TempeFast” menjaga suhu tetap konsisten sesuai standar fermentasi. Hasilnya, tempe yang diproduksi lebih cepat matang—hanya sekitar 12 jam—dengan kualitas tekstur dan rasa yang seragam.

Cara penggunaannya pun mudah. Perajin cukup memasukkan kedelai yang sudah diberi ragi ke dalam wadah fermentor. Selanjutnya, sistem pemanas otomatis bekerja menjaga suhu tetap stabil. Produsen tak perlu repot memantau suhu manual sepanjang waktu, cukup melakukan pengecekan sesekali untuk memastikan proses berjalan lancar.

Menurut tim KKN, kehadiran “TempeFast” bukan hanya soal efisiensi waktu, tetapi juga mendorong pelaku UMKM tempe agar lebih akrab dengan teknologi. “Kami berharap inovasi ini bisa menjadi solusi praktis bagi pelaku UMKM tempe di Desa Jeruk Purut. Dengan adanya “TempeFast”proses produksi lebih efisien, kualitas tempe lebih terjamin, dan para pelaku usaha bisa lebih adaptif terhadap perkembangan teknologi,” ujar Ketua Tim KKN UMSurabaya, Tufail Ilham Mansiz.

Lewat inovasi sederhana ini, mahasiswa UMSurabaya membuktikan bahwa teknologi tidak harus rumit untuk memberi dampak besar. Bahkan, dari sebuah desa kecil penghasil tempe, lahir inspirasi bagaimana tradisi dan teknologi bisa berjalan beriringan.

 

  • Dipublikasi Pada 27 Agustus 2025
  • Baru Saja di Update Pada November 20, 2025
  • Temukan Kami di Google News

Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).


Follow WhatsApp Channel Infosurabaya.com
Follow