Surabaya (( Info Surabaya)) – Ribuan warga di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat terpaksa mengungsi setelah hujan ekstrem akibat Siklon Tropis Senyar melanda wilayah tersebut. Rumah-rumah berubah menjadi puing, jalan terputus, dan aktivitas warga lumpuh oleh banjir serta longsor yang terjadi sejak 26 November 2025.
Anggota DPD RI Lia Istifhama mengajak seluruh masyarakat Indonesia mengirimkan doa dan dukungan bagi para penyintas bencana.
“Semoga Allah memberikan kekuatan, keselamatan, dan ketabahan kepada seluruh saudara kita di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat,” ucap Ning Lia penuh empati.
Senator asal Jawa Timur itu menegaskan bahwa musibah ini merupakan duka nasional. Menurutnya, kekuatan bangsa tercermin dari solidaritas yang terus mengalir—relawan berdatangan, warga saling berbagi makanan, dan masyarakat di berbagai daerah ikut mendoakan keselamatan Sumatra.
“Ketika satu wilayah tertimpa bencana, seluruh Indonesia ikut merasakan. Kita bangsa yang tidak pernah meninggalkan saudaranya,” ujar putri KH Maskur Hasyim tersebut.
Pengingat untuk Memperkuat Mitigasi dan Menjaga Alam
Penerima DetikJatim Award 2025 itu menilai bencana ini harus menjadi titik balik kesadaran kolektif untuk memperbaiki hubungan manusia dengan alam.
” Setiap musibah mengingatkan pentingnya menjaga bumi dan membangun mitigasi bencana yang lebih kuat,” tegasnya.
Ning Lia menekankan bahwa transisi energi bersih tidak hanya menyangkut teknologi, melainkan juga masa depan generasi mendatang. Ia mendorong agar subsidi energi fosil dialihkan secara bertahap ke energi terbarukan seperti surya, angin, dan air, serta memberi ruang bagi masyarakat untuk berperan langsung.
BMKG, BRIN, dan Walhi: Siklon Langka dan Dampak yang Diperparah Kerusakan Lingkungan
BMKG menyebut Siklon Tropis Senyar—yang terbentuk dari Bibit Siklon 95B—sebagai penyebab utama hujan ekstrem dan banjir besar di berbagai wilayah. Peneliti BRIN Erma Yulihastin menyebut fenomena ini sebagai kejadian yang “hampir tak pernah terjadi” di sekitar khatulistiwa.
Walhi mengingatkan bahwa kerusakan lingkungan dan aktivitas industri ekstraktif memperburuk dampak banjir dan longsor.
UNDP mencatat 60% masyarakat Indonesia kini semakin khawatir terhadap krisis iklim, sementara 86% berharap pemerintah memperkuat penanganannya. BNPB juga melaporkan peningkatan signifikan bencana hidrometeorologi beberapa tahun terakhir.
Kebijakan Energi dan Tantangan ke Depan
Pemerintah telah menyiapkan strategi adaptasi seperti sistem peringatan dini dan Sekolah Lapang Iklim. Namun dalam RUPTL 2025–2034, pembangunan PLTU batu bara 6,3 GW dan PLTG 10,3 GW masih tercantum, yang menurut sejumlah pihak bisa memperlambat transisi energi bersih.
Sementara itu, PP Nomor 40 Tahun 2025 tentang Kebijakan Energi Nasional menargetkan energi surya mencapai 32% pada 2060, meski beberapa kebijakan masih mempertahankan subsidi energi fosil.
Ajak Indonesia Bersatu untuk Sumatra
Ning Lia keponakan Jawa Timur“>Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa—menutup dengan pesan persatuan.
“Mari kita doakan, bantu, dan kuatkan saudara-saudara kita. Duka mereka adalah duka kita. Kebangkitan mereka adalah kebangkitan Indonesia.”
Continue Reading
- Dipublikasi Pada 29 November 2025
- Baru Saja di Update Pada November 29, 2025
- Temukan Kami di Google News
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
