Suasana Simposium Nasional dengan topik Performing the Future Building Creative Cities through Arts and Collaboration di Kampus PCU. (Foto: Humas PCU/BS)
Infosurabaya.com – Gelombang digital yang makin deras ikut mengancam keberlanjutan seni pertunjukan, termasuk teater. Menjawab kegelisahan itu, Petra Christian University (PCU) melalui Petra Theatre dari Program English for Creative Industry (ECI) menggandeng Institut Français Indonésie (IFI) Surabaya menggelar Simposium Nasional tentang Masa Depan Kota Kreatif.
Mengusung tema “Performing the Future: Building Creative Cities Through Art and Collaboration”, forum ini menghadirkan akademisi, pemerintah kota, pelaku industri kreatif, dan komunitas seni untuk membahas bagaimana teater dapat bertahan sekaligus berperan dalam menggerakkan ekonomi kreatif.
Ketua acara, Meilinda, menyebut teater kerap dianggap sebagai “mesin memori” yang menyimpan budaya dan identitas kolektif.
“Justru melalui inovasi dan kolaborasi, seni pertunjukan bisa menjadi motor baru kota kreatif,” ujarnya disela simposium yang dikutip, Senin (8/12/2025).
Simposium ini menghadirkan lima pembicara kunci. IGAK Satrya Wibawa, Duta Besar RI untuk UNESCO, membahas diplomasi budaya serta tantangan representasi seni di era digital.
Meilinda dari PCU menyoroti pentingnya pendidikan karakter dan kreativitas melalui teater. Sementara Dwinita Larasati dari Indonesia Creative City Network (ICCN) menguraikan ekosistem kota kreatif dan peran kolaborasi lintas sektor.
Dari perspektif internasional, Vincent Padaré dari IFI memaparkan pengalaman kota-kota kreatif di Prancis dan peluang kolaborasi dengan Indonesia.
Adapun praktisi Teater Koma, Ra Sapta Candrika, mengulas transformasi seni pertunjukan di era digital dan bagaimana kelompoknya mengembangkan #DigitalisasiKoma sebagai strategi bertahan sekaligus memperluas audiens.
Selama enam jam, diskusi mengupas studi kasus perubahan industri seni pertunjukan pascapandemi, termasuk adaptasi lintas platform yang kini mendorong nilai budaya sekaligus ekonomi.
Momen ini juga dirangkai dengan perayaan 23 tahun Petra Theatre, sekaligus menjadi ruang merumuskan peta jalan penguatan ekosistem seni pertunjukan di Surabaya.
Surabaya disebut memiliki modal kuat untuk tumbuh sebagai kota kreatif. Salah satu yang disorot adalah revitalisasi Balai Budaya, yang diyakini berpotensi menjadi “Broadway versi Surabaya” dan panggung bagi produksi teater, tari, hingga musik lokal untuk menarik wisatawan.
Fokus simposium juga mengarah pada penguatan pendidikan seni lewat pendekatan Whole Person Education, melibatkan guru SMA, mahasiswa, hingga akademisi lintas kampus.
Kolaborasi bersama UNESCO, praktisi teater, dan pemangku kepentingan kota diproyeksikan menghasilkan strategi nasional bertajuk #PerformingTheFuture.
Meilinda menegaskan pentingnya menghubungkan seni pertunjukan dengan kebijakan publik.
“Seni pertunjukan bukan sekadar hiburan, melainkan investasi strategis yang bisa menggerakkan ekonomi dan memperkuat diplomasi budaya menuju Indonesia Emas 2045,” ujarnya. ((Red))
- Dipublikasi Pada 8 Desember 2025
- Baru Saja di Update Pada Desember 8, 2025
- Temukan Kami di Google News
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
