Infosurabaya.com – Di tengah gebrakan pemerintah mewujudkan kemandirian pangan, peternak unggas Malang Raya muncul sebagai pilar utama yang tak tergantikan. Komitmen nyata ini bukan sekadar janji politis, melainkan bukti konkret dalam membangun ketahanan pangan berbasis protein hewani berkualitas. Sektor peternakan unggas kini menjelma sebagai ujung tombak strategis, terutama melihat lonjakan permintaan daging ayam dan telur yang terus meroket tiap tahun.
Imam Syahroni selaku Ketua Peguyuban Peternak Unggas (PPU) Malang Raya dengan tegas menyatakan posisi sentral peternakan dalam peta swasembada pangan. “Dukungan regulasi yang berpihak, stabilisasi harga pakan, dan perluasan jaringan distribusi menjadi kunci peningkatan produksi secara masif,” ungkapnya. Sabtu, (16/8/2025). Pernyataan ini sekaligus menegaskan peran ganda peternak sebagai pelaku usaha sekaligus mitra strategis pemerintah dalam mewujudkan visi besar kemandirian pangan.
Fokus pemerintah pada penguatan produksi dalam negeri menemukan momentum tepat dengan antusiasme peternak lokal. Industri unggas, baik ayam pedaging maupun petelur, kini menempati posisi vital dalam hierarki ketahanan pangan. Yang menarik, inisiatif tidak berhenti pada aspek produksi semata. Terdapat upaya sistematis membangun kolaborasi tiga pilar antara pemerintah, akademisi, dan pelaku industri. Kemitraan strategis ini diharapkan melahirkan terobosan efisiensi produksi, sekaligus menyiapkan produk unggas lokal untuk bersaing di pasar global.
Potensi multiplier effect dari kesuksesan program ini sungguh luar biasa. Ketika sinergi antara berbagai pemangku kepentingan berjalan optimal, target swasembada pangan tidak hanya akan tercapai tepat waktu tetapi juga memberikan dampak berantai bagi perekonomian regional maupun nasional. Industri peternakan yang tangguh akan membuka lapangan kerja baru, menghemat devisa negara, sekaligus memperkokoh fondasi ketahanan pangan jangka panjang.
Namun di balik optimisme tersebut, tersimpan sederet tantangan kompleks yang harus dihadapi. Fluktuasi harga pakan ternak yang kerap tidak stabil menjadi momok menakutkan yang langsung berdampak pada margin keuntungan peternak. Persaingan tidak sehat dengan produk impor yang seringkali dibanderol lebih murah juga menjadi batu sandungan tersendiri. Kendala distribusi dan logistik di beberapa daerah turut menambah daftar persoalan yang membutuhkan solusi komprehensif.
Para peternak menyadari betul bahwa tantangan tersebut bukanlah hal yang mustahil diatasi. Dengan komitmen kuat dan kebijakan yang tepat, setiap hambatan justru dapat diubah menjadi peluang emas. Stabilisasi harga pakan melalui kebijakan pemerintah, peningkatan kualitas bibit unggas, dan penguatan rantai pasok menjadi beberapa solusi konkret yang sedang diupayakan.
Yang patut diapresiasi, semangat gotong royong antar peternak di Malang Raya menjadi modal sosial tak ternilai. Berbagi pengetahuan teknis, sistem pemasaran kolektif, dan pendampingan kepada peternak kecil menunjukkan bahwa jalan menuju swasembada pangan ditempuh dengan cara-cara berkelanjutan. Pendekatan berbasis kearifan lokal ini menjadi pembeda utama yang membuat model Malang Raya layak menjadi contoh bagi daerah lain.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
