Infosurabaya I Surabaya – Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Jawa Timur menunjukkan dukungannya terhadap kegiatan “Balapan SUP nang Kalimas” yang diinisiasi oleh Pengurus Daerah SUP Jatim. Acara Stand Up Padle (SUP) yang akan digelar pada Minggu (28/9/2025) pekan ini, bukanlah sekadar perlombaan olahraga air, melainkan juga sarana edukasi lingkungan yang kreatif dan efektif bagi masyarakat Surabaya.
Ali Yusa, anggota PII Jawa Timur, menyatakan bahwa kegiatan ini adalah contoh nyata bagaimana pendekatan kreatif dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kondisi Sungai Kalimas yang memprihatinkan. Sungai yang dulunya merupakan urat nadi perdagangan dan transportasi Surabaya kini menghadapi masalah serius seperti sedimentasi tinggi, sampah rumah tangga, dan limbah deterjen.
“Balapan SUP ini mengajak masyarakat untuk berinteraksi langsung dengan sungai. Mereka tidak hanya melihat, tetapi juga merasakan kondisi Kalimas yang sebenarnya,” ujar Ali Yusa kepada infosurabaya.com saat dikomfirmasi, Jumat (26/9/2025).
Interaksi ini, lanjut ia mengatakan, diharapkan dapat membangkitkan kesadaran yang lebih kuat dibandingkan dengan hanya membaca laporan atau mendengar ceramah tentang kondisi sungai. Keunikan lain dari acara ini adalah hadiah utama berupa seekor domba.
Hadiah ini memiliki makna simbolis sebagai aset hidup yang dapat memberikan manfaat ekonomi dan pangan berkelanjutan. Domba dapat dirawat, diberi pakan dari limbah organik, dan kotorannya dapat diolah menjadi pupuk untuk mendukung pertanian kota (urban farming).
“Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) seperti ketahanan pangan dan konsumsi serta produksi yang bertanggung jawab,” terangnya.
Selain itu, kegiatan ini juga menyoroti masalah kualitas air dan sanitasi di Sungai Kalimas. Peserta balapan dapat secara langsung merasakan dampak dari pencemaran sungai, seperti bau deterjen yang menyengat dan sampah plastik yang terapung. Kondisi ini diharapkan dapat mendorong refleksi tentang bagaimana sungai yang dulunya menjadi sumber kehidupan kini berubah menjadi tempat pembuangan limbah.
PII Jawa Timur melihat kegiatan ini sebagai bentuk kritik konstruktif terhadap kondisi Kalimas. Alih-alih hanya mengeluh atau menuding, PII memilih untuk mengambil tindakan nyata melalui kegiatan sosial-kultural yang melibatkan masyarakat secara langsung.
“Kami ingin menunjukkan bahwa sungai masih bisa digunakan, tetapi dengan catatan harus ada perbaikan serius pada kualitas lingkungannya,” tegas Ali Yusa.
Baca Juga : Sungai Kalimas Makin Seru dengan Hadirnya Stand Up Paddle
Dengan menggunakan bahasa lokal yang akrab, seperti kata “nang,” acara ini juga berupaya untuk mendekatkan isu lingkungan dengan masyarakat Surabaya. Pendekatan partisipatif ini diharapkan dapat membuat masyarakat merasa lebih terlibat dan memiliki tanggung jawab terhadap kondisi Sungai Kalimas.(Kdm)
- Dipublikasi Pada 26 September 2025
- Baru Saja di Update Pada September 26, 2025
- Temukan Kami di Google News
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
