Infosurabaya.com – Di tengah arus globalisasi yang kian deras dan kompleksitas tantangan ideologis, Universitas Pelita Harapan (UPH) Surabaya menunjukkan komitmennya dalam memperkuat wawasan kebangsaan melalui acara bertajuk “Bincang Muda: Menerapkan Nilai-Nilai Pancasila dalam Negara Hukum”. Kegiatan yang digelar pada Kamis (26/3/2025) ini berhasil menciptakan ruang dialog yang dinamis, melibatkan tidak hanya mahasiswa dan akademisi, tetapi juga legislator serta pelajar SMA. Tujuannya jelas: membumikan Pancasila sebagai living ideology yang relevan dengan realitas generasi muda saat ini.
Yordan M. Batara-Goa, Ketua Bapemperda DPRD Jawa Timur dari Fraksi PDI Perjuangan, menjadi salah satu narasumber kunci yang menyoroti pentingnya pendekatan kreatif dalam menyosialisasikan nilai-nilai Pancasila. “Data terakhir menunjukkan tren penurunan pemahaman generasi muda terhadap Pancasila. Ini alarm bagi kita semua,” ujarnya dengan nada serius. Ia menjelaskan bahwa metode diskusi interaktif seperti ini efektif untuk menjembatani gap antara teori dan praktik. “Dengan atmosfer yang cair namun substantif, peserta bisa melihat Pancasila bukan sebagai doktrin kaku, melainkan sebagai kompas dalam menghadapi tantangan zaman,” tambahnya.
Perspektif segar datang dari Kenneth Miloslavic Sugianto, mahasiswa UPH Surabaya, yang menekankan peran Pancasila sebagai common platform di tengah pluralitas Indonesia. “Dalam diskusi, kami mengkritisi bagaimana praktik korupsi telah mengikis sendi-sendi Pancasila, khususnya sila keadilan sosial,” paparnya. Menurut Kenneth, solusi fundamentalnya terletak pada konsistensi penegakan hukum dan pendidikan karakter sejak dini. Pendapat ini diperkuat oleh Dr. Agustin Widjiastuti, dosen Hukum Tata Negara UPH Surabaya, yang menegaskan bahwa acara ini dirancang sebagai laboratorium pemikiran kritis. “Kami ingin mahasiswa tidak hanya paham teori, tapi mampu menganalisis kasus konkret seperti korupsi melalui lensa Pancasila,” jelasnya.
Antusiasme peserta menjadi bukti nyata keberhasilan acara ini. Siswa-siswa SMA Santo Hendrikus terlihat aktif menyampaikan pertanyaan kritis, mulai dari isu hoaks yang memecah belah hingga peran pemuda dalam menjaga persatuan. “Pertanyaan mereka sangat substansial, seperti bagaimana menerapkan Pancasila di media sosial yang sering jadi sarang ujaran kebencian,” ujar Amadeus Farel Ksatria, ketua panitia, tak menyembunyikan kekagumannya.
Dr. Fajar Sugianto, Kaprodi Fakultas Hukum UPH Surabaya, dalam sambutan penutupnya menekankan bahwa pertahanan ideologi adalah tanggung jawab kolektif.
“Pancasila dan hukum ibarat dua sisi mata uang. Tanpa dasar Pancasila, hukum kita kehilangan roh; tanpa penegakan hukum, Pancasila hanya jadi slogan,” tegasnya melalui video.
Acara ini bukan sekadar seremonial, melainkan investasi jangka panjang. UPH Surabaya berencana menjadikan “Bincang Muda” sebagai program rutin dengan melibatkan lebih banyak stakeholders, termasuk praktisi media dan komunitas lokal. Langkah ini sejalan dengan rekomendasi para peserta yang menginginkan pendekatan lebih praktikal, seperti simulasi kasus dan proyek sosial berbasis Pancasila.
Di era di mana generasi muda kerap dihadapkan pada pilihan ideologis yang kompleks, inisiatif semacam ini layak diapresiasi. Seperti dikatakan salah satu peserta SMA, “Sekarang saya paham, Pancasila itu bukan untuk dihapal, tapi untuk dihidupi.” Kalimat sederhana ini mungkin menjadi indikator paling nyata dari kesuksesan acara tersebut.
- Dipublikasi Pada 26 Maret 2025
- Baru Saja di Update Pada Maret 26, 2025
- Temukan Kami di Google News
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
