Infosurabaya I Surabaya– Hasil penelitian terbaru mengungkap bahwa air hujan di Kota Surabaya tercemar mikroplastik. Temuan ini menjadi perhatian serius bagi kesehatan warga, sehingga masyarakat diimbau untuk tidak menelan air hujan secara langsung.
Penelitian yang dilakukan oleh Jaringan Gen Z Jatim Tolak Plastik Sekali Pakai (Jejak), Komunitas Growgreen, River Warrior, dan Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) pada 11-14 November 2025, menemukan kontaminasi mikroplastik di semua lokasi penelitian.
Shofiyah, peneliti dari GrowGreen dan mahasiswa Unesa Surabaya, menjelaskan bahwa kondisi ini sangat mengkhawatirkan.”Kami menghimbau agar warga tidak menelan air hujan karena dapat meningkatkan kontaminasi mikroplastik dalam tubuh,” ujarnya, Sabtu (15/11/2025) petang.
Baca Juga : PDS Beraksi Bersama Puluhan Relawan Bersihkan Pantai Kenjeran
Shofiyah juga menekankan pentingnya kesadaran warga Surabaya untuk tidak membakar sampah terbuka, membuang sampah ke sungai, dan mengurangi konsumsi plastik sekali pakai.
Penelitian dilakukan dengan mhttps://www.infosurabaya.com/pds-beraksi-bersama-puluhan-relawan-bersihkan-pantai-kenjeran/enempatkan wadah aluminium, stainless steel, dan mangkuk kaca berdiameter 20-30 cm pada ketinggian lebih dari 1,5 meter selama 1-2 jam di lima lokasi berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah Pakis Gelora memiliki tingkat pencemaran tertinggi dengan 356 partikel mikroplastik (PM) per liter, diikuti oleh Tanjung Perak dengan 309 PM/liter.
Alaika Rahmatullah, koordinator penelitian mikroplastik Kota Surabaya, menjelaskan bahwa tingginya tingkat pencemaran di Pakis Gelora disebabkan oleh aktivitas pembakaran sampah dan lokasinya yang dekat dengan pasar serta jalan raya. Mikroplastik dalam air hujan berasal dari pembakaran sampah plastik dan gesekan ban kendaraan dengan aspal.
Sofi Azilan Aini, peneliti Ecoton, menambahkan bahwa jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan dalam air hujan di Surabaya adalah fiber, yang juga dominan di udara sekitar lokasi pembakaran sampah di Sidoarjo. “hanya dua jenis mikroplastik yang ditemukan di udara kota Surabaya yaitu jenis Fiber atau jenis filamen,” pungkas Sofi.
Meskipun demikian, pencemaran plastik di laut juga berkontribusi terhadap mikroplastik dalam air hujan. Proses evaporasi air laut yang terkontaminasi mikroplastik dapat membawa partikel tersebut ke awan dan kemudian jatuh sebagai hujan.
Untuk mengatasi masalah ini, tim peneliti memberikan beberapa rekomendasi:
– Menghentikan pembakaran sampah terbuka.
– Tidak membuang sampah plastik di sungai dan pesisir.
– Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
– Memberikan sanksi sosial berupa publikasi foto pelaku pembakaran dan pembuangan sampah ilegal.
– Melakukan uji mikroplastik secara rutin di udara Kota Surabaya.
Pemerintah Kota Surabaya diharapkan segera mengambil tindakan untuk mengatasi masalah pencemaran mikroplastik ini demi kesehatan dan lingkungan yang lebih baik.(Kdm)
- Dipublikasi Pada 15 November 2025
- Baru Saja di Update Pada November 15, 2025
- Temukan Kami di Google News
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
